SELAMAT DATANG DI BLOG SAYA PENILAI UJIAN PRAKTEK T.I.K SMP.9.DPS

Selasa, 08 Januari 2013

THE RAID





Sinopsis

Jauh di jantung daerah kumuh Jakarta berdiri sebuah gedung apartemen terlantar yang tak tertembus dan menjadi rumah aman bagi gangster, penjahat dan pembunuh yang paling berbahaya. Blok apartemen kumuh tersebut telah dianggap tak tersentuh oleh para rival gembong narkotik terkenal Tama Riyadi (Ray Sahetapy) dan bahkan perwira polisi paling berani sekalipun. Semuanya berubah ketika sebuah tim elit polisi berjumlah 20 orang ditugaskan untuk menyerbu bangunan tersebut dan mengakhiri teror Tama untuk selamanya.
Di bawah kegelapan dan keheningan fajar, Rama (Iko Uwais), seorang calon ayah dan perwira polisi elit baru, dalam tim elit polisi yang dipimpin oleh Sersan Jaka (Joe Taslim), tiba di blok apartemen Tama di bawah petunjuk Letnan Wahyu (Pierre Gruno). Setelah berpapasan dengan Gofar (Iang Darmawan) salah seorang penghuni apartemen yang membawa obat untuk istrinya yang sakit, mereka menerobos ke dalam gedung dan secara hati-hati mengamankan para penjahat penghuni gedung dengan dibungkam dan diikat. Mulai dari lantai dasar dan bergerak naik, mereka dengan terencana menyusup dalam blok apartemen sampai mereka mencapai lantai enam, tapi kemudian tim ini dilihat oleh seorang anak pengintai, yang lari untuk memberitahu temannya yang kedua sebelum dia ditembak dan terbunuh oleh peluru senapan serbu Letnan Wahyu. Peringatan tersebut mencapai Tama dan anak buahnya kepercayaannya, Mad Dog (Yayan Ruhian) lewat interkom.
Tama segera memanggil bala bantuan dan anak buahnya. Dua penembak runduk di gedung tetangga melumpuhkan anggota tim SWAT yang berada di lantai dasar. Mendengar jeritan mereka, seorang anggota tim elit lain melihat keluar dari jendela apartemen di lantai 5, dan segera tewas ditembak oleh penembak runduk. Tahanan mereka segera mengambil kesempatan dalam keributan tersebut - membunuh dua anggota polisi lain dan mendapatkan kontrol di lantai 5 kembali. Mobil pengangkut tim Polisi juga hancur dan pengemudinya tewas dalam serangan mendadak. Tama mematikan listrik di seluruh gedung dan mengumumkan bahwa terdapat "tamu tak diundang" sedang terjebak di lantai 6, dan bahwa dia akan memberikan sewa gratis kepada mereka yang membunuh penyusup-penyusup tersebut. Tim polisi Sersan Jaka melihat sebuah pintu akan terbuka, sehingga mereka mempersiapkan diri untuk menyerang siapa pun yang di belakangnya, tapi ini merupakan jebakan karena anak buah Tama di lantai atas berhasil menggunakan cahaya dari tembakan untuk menyerbu tim Polisi, menembak mati banyak anggota tim elit. Sersan Jaka segera mengetahui bahwa misi tersebut ternyata tidak ditugaskan oleh Kepolisian, tetapi hanya oleh Letnan Wahyu, sehingga tidak akan ada bala bantuan yang akan tiba menyelamatkan mereka. Setelah baku tembak panjang, tim Polisi Jaka terdampar di lantai 6, kalah secara jumlah maupun amunisi dan sedang diburu oleh anak buah Tama yang beringas. Para anggota yang selamat dari serangan ini adalah: Sersan Jaka, Letnan Wahyu, Bowo (Tegar Satrya), Dagu (Eka Rahmadia) dan Rama. Setelah nyaris lolos dari ledakan bom improvisasi Rama yang membunuh sejumlah besar penjahat, mereka terbagi menjadi dua kelompok: Jaka, Wahyu dan Dagu di lantai 5 dan Rama dengan Bowo yang terluka mencari keselamatan di lantai 7.
Membopong Bowo yang terluka, Rama harus bertarung menerobos koridor lantai 7 dan tiba di apartemen 726 yang dihuni Gofar bersama istrinya, memohon tempat persembunyian dari kejaran anak buah Tama. Mereka bersembunyi di dalam sebuah lorong rahasia di balik dinding. Geng parang anak buah Tama dan pimpinan mereka (Alfridus Godfred) tiba dan memeriksa apartemen Gofar, bahkan menusuk dinding dan melukai pipi Rama, dan hampir menewaskan Bowo, tetapi mereka tidak menemukan mereka, dan akhirnya pergi. Setelah memberikan pertolongan pertama pada Bowo, Rama meninggalkan Bowo dalam perawatan Gofar untuk mencari jalan keluar. Dia harus kembali bertempur sengit dengan geng parang yang segera menemukannya setelah dia keluar dari persembunyiannya. Rama mengalahkan geng tersebut, namun kembali dikejar oleh anak buah Tama yang lain. Setelah menjatuhkan diri ke lantai 6 untuk meloloskan diri, Rama akhirnya ditangkap oleh Andi (Donny Alamsyah), tangan kanan dan otak bisnis narkoba Tama. Pada saat yang sama, Jaka berseteru dengan Wahyu setelah Wahyu menolak untuk mempertaruhkan nyawanya untuk mencari Rama dan Bowo, membuat Jaka marah dan mempertanyakan integritas kepolisian Wahyu di balik misi yang berakhir fatal tersebut. Beranjak dari persembunyian mereka, kelompoknya ditemukan oleh Mad Dog, tangan kanan Tama yang paling kejam dan brutal. Letnan Wahyu melarikan diri, dan Dagu diperintahkan Jaka untuk mengikutinya, tetapi Jaka, yang hanya memiliki pisau, harus beradu nyali dengan Mad Dog yang menodongkan pistol padanya. Mad Dog menyuruh Jaka masuk ke kamar di mana ia memutuskan untuk tidak membunuhnya dengan pistol namun menantang dia untuk berkelahi tangan kosong sebagai gantinya. Mad Dog akhirnya mengalahkan Jaka dan mengakhiri hidup Jaka dengan mematahkan lehernya. Sementara itu di apartemen Andi, Andi terungkap sebagai kakak Rama yang telah terasing yang memilih untuk meninggalkan keluarganya dan tidak meninggalkan jejak keberadaannya. Andi menolak untuk pulang ke keluarganya, namun berjanji untuk mengeluarkan Rama dari gedung maut tersebut setelah memastikan situasi aman. Tak dinyana, saat kembali untuk melapor pada Tama, Tama ternyata telah mengetahui pengkhianatan Andi karena kamera tersembunyi yang merekam Andi saat menyembunyikan Rama. Tama dengan marah menyerahkannya ke Mad Dog (yang sudah membenci Andi) untuk disingkirkan.
Rama bergabung kembali dengan Letnan Wahyu dan Dagu. Mereka memutuskan bahwa satu-satunya jalan keluar dari gedung maut tersebut adalah dengan membekuk Tama dan menggunakannya sebagai tiket keluar mereka. Mereka bertiga kemudian bertempur dengan tangan kosong melalui laboratorium narkotika menuju ke markas besar Tama di lantai 15. Dalam perjalanan ke atas, Rama menemukan sebuah ruangan di mana Andi, tergantung pada rantai, sedang dipukuli oleh Mad Dog. Saat ia masuk, Mad Dog menurunkan rantai membiarkan Rama membebaskan Andi. Mereka berdua kemudian bertarung sengit bekerja sama melawan Mad Dog, tetapi kekuatan Mad Dog terlalu besar. Rama hampir dijemput ajal saat Mad Dog hendak mematahkan lehernya, namun digagalkan oleh Andi. Rama dan Andi akhirnya berhasil mengalahkan Mad Dog menggunakan sepotong pecahan dari tabung lampu neon. Sementara itu, Wahyu dan Dagu berhadapan dengan Tama, tetapi Wahyu malah tiba-tiba menembak dan membunuh Dagu, menyandera Tama sebagai tiket keluarnya dari gedung maut tersebut. Kemudian, Rama dan Andi berpapasan dengan mereka berdua di tangga, tapi Wahyu menembakkan peluru pada mereka, menyuruh mereka untuk tidak ikut campur. Tama menggertak Wahyu bahwa ia hanyalah seorang polisi kotor dalam sebuah satuan kepolisian yang secara keseluruhan telah sangat korup, di mana banyak perwira atas sudah dibayar oleh Tama. Tama juga mengungkapkan bahwa dia telah mengetahui misi maut tersebut dari atasan Wahyu, dan walaupun Wahyu berhasil lolos dari gedung tersebut, atasannya akan mengatur supaya Wahyu akan dibunuh atau ditangkap. Wahyu marah dan dengan kalap mengakhiri omongan Tama dengan menembak gembong penjahat tersebut di kepala. Wahyu yang putus asa berupaya bunuh diri dengan pistolnya, namun gagal karena ia kehabisan peluru dan ditangkap tanpa perlawanan oleh Rama. Andi yang sekarang berada di posisi menggantikan Tama, memberitakan bahwa situasi telah aman dan menyuruh penghuni apartemen untuk kembali ke kamar mereka masing- masing. Ia memberikan Rama sebuah kotak berisi informasi tentang daftar hitam polisi korup, memberitahu saudaranya bahwa tidak setiap polisi itu busuk, dan memberikan nama salah satu perwira kepolisian yang adalah orang yang baik untuk diberikan daftar hitam tersebut. Andi kemudian berjalan dengan Rama, Bowo dan Wahyu yang diikat keluar dari gedung, tapi menolak tawaran Rama bergabung dengan mereka. Andi kembali ke gedung sementara Rama berjalan ke luar gerbang, menuju masa depan yang tak pasti.

[sunting] Pemeran

[sunting] Produksi

Film ini adalah kerja sama kedua antara Gareth Evans dan Iko Uwais setelah film aksi pertama mereka, Merantau, yang diluncurkan pada tahun 2009. Sama halnya dengan Merantau, dalam proyek ini, mereka juga menonjolkan seni bela diri tradisional Indonesia, pencak silat, dalam tata laga mereka. Penata laga untuk The Raid adalah Iko Uwais dan Yayan Ruhian, sama seperti pada Merantau, dengan sejumlah ide dari Gareth Evans sendiri. Proses pengerjaan film ini dikerjakan selama tiga bulan. Selain kedua aktor laga tersebut, The Raid juga dibintangi oleh aktor kawakan diantaranya Ray Sahetapy, Donny Alamsyah, Pierre Gruno dan atlet Judo Indonesia, Joe Taslim.
Penggarapan musik latar rilis versi asli Indonesia dikerjakan oleh komposer Fajar Yuskemal dan Aria Prayogi. Penggarapan skoring musik The Raid yang rilis di wilayah Amerika Utara, Amerika Latin dan Spanyol juga melibatkan musisi Mike Shinoda, (personil Linkin Park) dan Joseph Trapanese, seorang komposer yang menggarap musik untuk film Tron: Legacy (2010) dari Walt Disney Pictures.
Hak distribusi internasional dipegang oleh Nightmare Distribution. Pada saat showcase di Festival Film Cannes 2011, Sony Pictures Classic Worldwide Acquisition membeli hak pendistribusian film ini untuk kawasan Amerika Utara dan Amerika Latin. Untuk kepentingan mempertinggi popularitas, Sony Pictures meminta Mike Shinoda bersama Joseph Trapanese untuk menciptakan musik latar bagi film versi mereka ini. Akibat permasalahan hak cipta dan rencana pembuatan trilogi, film ini dirilis di Amerika Utara oleh Sony Pictures dengan judul The Raid: Redemption. Hak pendistribusian untuk negara-negara lainnya juga telah dijual kepada Alliance (untuk Kanada), Momentum (Inggris), Madman (Australia dan Selandia Baru), SND (kawasan berbahasa Prancis), Kadokawa (Jepang), Koch (kawasan berbahasa Jerman), HGC (Cina), dan Calinos (Turki).[9] Kesepakatan juga telah dibuat dengan para distributor dari Russia, Skandinavia, Benelux, Islandia, Italia, Amerika Latin, Korea Selatan, dan India ketika film ini sedang dipertunjukkan pada Festival Film Internasional Toronto (TIFF), Toronto, Kanada pada September 2011.[10]
Selain pengambilan gambarnya, olahan koreografi seni bela diri film ini juga menuai decak kagum dari para juri dan penonton di berbagai festival fim Internasional. Film ini setelah dirilis sempat bertengger di posisi 15 besar top box office bioskop Amerika. Dengan kesuksesan itu, The Raid berhasil meraup penghasilan sekitar US$ 1.228 juta atau sekitar Rp 11 miliar.

[sunting] Inspirasi

Sebagian besar ide cerita keluar dari Gareth Evans. Evans mengatakan di dalam blognya dia sejak kecil terobsesi dengan film "Peace Hotel" (1995) yang dibintangi Chow Yun Fat. Dia tidak pernah bisa menemukan film ini di Inggris dan hanya memiliki gambar poster di bawah ini serta sinopsis yang samar-samar.
Evans mengatakan bahwa dia menyukai konsep sebuah bangunan terisolasi yang menawarkan perlindungan kepada penjahat, tetapi ketika Evans akhirnya melihat film tersebut lebih dari 15 tahun kemudian "khayalan" Evans mengenai film ini benar-benar berbeda dengan apa yang dia lihat. Saat dia menonton film ini yang dia bayangkan dari film ini adalah gelap noirish dengan bahaya pada setiap lantai dengan aksi terbatas pada ruang interior dipenuhi dengan bayangan dan ketakutan. Evans juga membayangkan akan memiliki lebih banyak action, bukan hanya dari sudut hati yang manis dan romantis seperti yang ditampilkan pada film ini.
Setelah menghabiskan sebagian besar waktunya untuk "Merantau", keinginannya untuk membuat film yang latarnya 95% berada di dalam ruangan. Evans mulai menonton banyak film untuk inspirasi, seperti Assault on Precinct 13 (1976) dan Die Hard (1988) untuk mencari struktur cerita, bagaimana mengembangkan adegan aksi ke dalam cerita sealami mungkin.
Evans mengatakan bahwa selalu ingin menemukan cara untuk mencampur genre bersama-sama, untuk membawa lebih ke film seni bela diri daripada sekedar murni tindakan. Itulah yang sebagian besar fans dari genre action ingin lihat.
Dengan Serbuan Maut, Evans dan tim produksi Merantau Films berencana untuk mengeksplorasi gaya pengambilan gambar yang berbeda dan atmosfer film tersebut untuk memungkinkan pergeseran tonal dan perubahan genre. Konsep utama film ini adalah tim SWAT yang terjebak di dalam gedung dengan penjahat di sekitar mereka yang membuat banyak pilihan bagi tim produksi untuk tidak hanya untuk mengeksplorasi koreografi aksi tetapi juga untuk memberikan berbagai sensasi dari ketegangan yang tercipta dari film ini, bahkan juga sensasi horor.

Penghargaan

Tidak ada komentar:

Posting Komentar